
Senjata tradisional suku dayak Kalimantan paling mematikan
Senjata tradisional suku dayak Kalimantan paling mematikan – Perang Sampit adalah pecahnya kerusuhan antaretnis, berawal pada Februari 2001 dan berlangsung sepanjang tahun itu. Perang ini dimulai di kota Sampit, Kalimantan Tengah dan meluas ke seluruh provinsi, termasuk ibu kota Palangkaraya. Perang ini terjadi antara suku Dayak asli dan warga migran Madura dari pulau Madura. Ada berbagai macam versi cerita tentang asal mula pecahnya perang tersebut. Ada yang menyebutkan bahwa perang tersebut pecah ketika dua warga Madura diserang oleh sejumlah warga Dayak. Ada juga yang menyebutkan bahwa perang tersebut disebabkan oleh pembakaran sebuah rumah warga Dayak yang dilakukan oleh warga Madura dan memicu sejumlah anggota suku Dayak membalas membakar rumah-rumah warga Madura.
Meski tidak diketahui secara pasti apa yang mengakibatkan pecahnya perang Sampit, yang jelas kejadian tersebut telah mengakibatkan lebih dari 500 kematian, dengan lebih dari 100.000 warga Madura kehilangan tempat tinggal. Banyak warga Madura yang ditemukan dipenggal kepalanya oleh suku Dayak. Banyak cerita yang beredar tentang kesaktian dan kengerian senjata tradisional suku Dayak, berikut diantaranya.
Sumpit
Sumpit atau Sipet ini memiliki bentuk tabung, yang memungkinkan panah kecil ditembakkan dari dalamnya. Keunggulan tersendiri dari senjata ini, karena dapat digunakan sebagai senjata jarak jauh dan tidak merusak alam karena bahan pembuatannya yang alami. Dan salah satu kelebihan dari Sumpit atau Sipet ini memiliki akurasi tembak yang dapat mencapai 200 meter. Konon, senjata ini berhasil menakuti tentara Belanda yang bersenjata lebih canggih pada masa penjajahan, karena racun yang mematikan yang dioleskan ditiap anak sumpit-nya.
Mandau Terbang
Konon dalam satu kondisi seorang Dayak bisa membuat Mandau-nya terbang sendiri. Tak hanya sekedar melayang-layang, tapi Mandau tersebut akan pergi untuk memenggal musuh yang diingini oleh si tuan atau pemiliknya. Ilmu Mandau terbang hanya boleh dipakai di saat yang genting dan terdesak. Dan kalau sudah dikeluarkan, maka pantang bagi Mandau untuk kembali ke sarungnya sebelum berhasil memotong kepala korbannya.